Jumat, 30 November 2012

Memformulasi Visi, Misi, dan Strategi Dalam Perencanaan Strategik Bidang Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Lingkungan pendidikan saat ini sangat kompetitif, hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk membangun keunggulan dan memutakhirkan peta perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan, menempuh langkah-langkah strategik dan mengerahkan serta memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam mewujudkan masa depan organisasi. Kecenderungan umum, saat ini lembaga pendidikan hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi,  sehingga menjadi tidak koheren antara misi, visi, tujuan, rencana jangka panjang, rencana jangka pendek, serta implementasinya. Selain itu, sistem perencanaan pada umumnya hanya mengikutsertakan sebagian kecil staf organisasi untuk membangun masa depan organisasi.
Untuk itu, maka perencanaan strategis merupakan solusi yang dapat diandalkan sebagai penentu masa depan sebuah lembaga. Perencanaan strategis telah lama digunakan sebagai alat untuk mentransformasi dan merevitalisasi lembaga bisnis, publik, dan non-profit. Tujuan utamanya adalah untuk merespon kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan lingkungan di masa depan. Perubahan tersebut sebagai akibat terjadinya ketidaktentuan keadaan politik, ekonomi, tuntutan masyarakat, dan perubahan teknologi yang terjadi secara cepat. Kesemuanya itu menuntut perubahan internal dan eksternal organisasi agar bisa menjalankan kegiatan atau programnya secara berkesinambungan.
Perencanaan strategik merupakan suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana lembaga akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Selain itu, perencanaan strategik (Strategic Plans)  juga merupakan suatu proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.
Dengan adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi suatu lembaga menjadi jelas sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan, hal ini disebabkan karena:
                                   1.  Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting
                                   2.  Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara jelas
                                   3.  Perencanaan strategi memungkinkan pimpinan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya perubahan pada lingkungan organisasinya.
Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peran yang strategis bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda pemerintahan yang berupa penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan pendidikan Negara Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan diriya, masyarakat, bangsa dan negara. Agar kegiatan pendidikan tersebut terencana dengan baik maka dibutuhkan kurikulum pendidikan.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujdkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal. Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat proses pendidikan yang sedang berlangsung dan dapat menghambat langkah sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidian formal.
Agar pengelolaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan renccana strategis sebagai suatu upaya/cara untuk mengendalikan organisasi (sekolah) secara efektif dan efisien, sampai kepada kepada implementasi garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Perencanaan strategis merupakan landasan bagi sekolah dalam menjalankan proses pendidikan. Komponen dalam perencanaan strategis paling tidak terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran). Perumusan terhadap visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi tersebut harus dilakukan pengelola sekolah, agar sekolah memiliki arah kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan.
Terkait dengan hal tersebut, dalam makalah ini pembahasan akan difokuskan pada beberapa unsur dalam proses perencanaan strategis, yaitu memformulasikan (merumuskan) misi, strategi, serta visi dalam bidang pendidikan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang persoalan yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk membuat sebuah perencanaan strategik?
2.      Apa pengertian dari misi, strategi, dan visi?
3.      Bagaimana cara memformulasikan misi, strategi, dan visi dalam sebuah perencanaan strategik?
4.      Bagaimana implementasinya dalam bidang pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN

Bryson (2008: 23) mengemukakan bahwa perencanaan strategi adalah sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang  membentuk  dan  mengarahkan  bagaimana  suatu  organisasi    atau entitas  lainnya,  apa  yang  akan  dikerjakan  organisasi  atau  entitas  lainnya  dan mengapa organisasi (entitas lainnya) mengerjakan seperti itu. Bryson (2008:55) membagi proses perencanaan strategik menjadi sepuluh langkah, yang mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi adalah:
1.    Memrakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. Tujuan langkah pertama adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini (opinion leaders) internal dan eksternal tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.
2.    Memperjelas mandat organisasi. Mandat formal dan informal yuang ditempatkan pada organisasi adalah keharusan yang dihadapi organisasi.
3.    Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. Misi organisasi yang berkaitan erat dangan mandatnya, menyediakan raison de’etre-nya, pembenaran sosial bagi keberadaannya, mengurangi konflik, dan merencanakan masa depan.
4.    Menilai lingkungan eksternal. Tim perencanaan harus mengeksplorasi lingkungan di lingkungan organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi.
5.    Menilai lingkungan internal. Untuk mengetahui kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process), dan kinerja (outputs).
6.    Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. Lima unsur pertama dari proses secara bersamaan melahirkan unsur keenam, identifikasi isu strategis persoalan kebijakan penting yang mempengaruhi mandat, misi, dan nilai-nilai dalam organisasi.
7.    Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus mengerjakan hal itu. Strategi dapat berbeda karena tingkat, fungsi, dan kerangka waktu.
8.    Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan. langkah terakhir dalam proses perencanaan, organisasi mengembangkan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya. Deskripsi tersebut merupakan visi keberhasilan.
9.        Mengembangkan proses implementasi. Proses implementasi adalah inti dari seluruh perencanaan yang dibuat. Bagaimana strategi dijalankan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan organisasi.
10.    Menilai kembali strategi dan proses perencanaan strategis. Setelah seluruh langkah dijalankan, maka yang terakhir adalah menilai kembali strategi dan proses perencanaan untuk perbaikan organisasi di masa mendatang.

A.  Misi
Misi merupakan sebuah guidelines yang lebih pragmatis dan konkrit yang dapat dijadikan acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam lembaga atau organisasi. Secara umum misi menurut Sharplin (1985) adalah ‘alasan keberadaan’, misi sebagai deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa. Sementara itu Pearce dan Robinson (1988) menyebutkan bahwa misi organisasi disebutkan sebagai tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan (scope) organisasinya. Bertitik tolak dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi keberadaan sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu alasan keberadaan sekolah, karena itu sekolah sebagai organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk mengkomunikasikan misi dan mengartikulasikan tujuan, target dan ukuran  yang menjadi dasar penilaian kinerjanya.[1]
Misi sekolah adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan dijadikan elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam pandangan sekolah dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah.
Kotler (1987) mengatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
Dari pengertian tersebut, tampaknya ada lima unsur penting yang tidak dapat dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:[2]
                              1.       Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain.
                              2.       Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan itu dapat memenuhi kebutuhan tertentu yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena belum tersedia selama ini.
                              3.       Misi harus secara tegas menyatakan publik mana yang akan dilayani.
                              4.       Bagaimana kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan.
                              5.       Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Unsur-unsur misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk sungguh-sungguh dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanya sebagai semboyan tanpa makna. Oleh karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang dilayani, rumusan misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan singkat saja.
Misi merupakan “alat yang tak ternilai” untuk mengarahkan perumusan strategi dan pelaksanaan strategi. Ia merupakan fondasi yang konstan dalam pengambilan keputusan strategik. Ia bahkan adalah common thread yang menyatakan seluruh aktivitas organisasi (Wheelen dan Hunger, 1990).
Misi disebut raison d’etre-nya organisasi, yaitu yang merupakan alasan kehadirannya, pembenaran tentang eksistensinya (Higgins, 1995). Misi sebenarnya menjelaskan hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah dasar dari organisasi, sebagai pendorong lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi. Misi juga penting karena suatu perumusan tujuan dan sasaran yang realistik hanya mungkin dilakukan jikalau terlebih dahulu misi organisasi sudah diidentifikasi.
Merumuskan misi organisasi terkadang dianggap mudah, tetapi kesulitannya lebih banyak ketimbang gampangnya. para pengambil keputusan strategik sering mampu merumuskan misi itu dengan baik, tetapi segera timbul kesulitan dalam mengkoordinasikan tindakan-tindakan manajerial. Inilah peranan kritis dari berbagai organisasi karena banyak organisasi yang gagal merealisasikan misinya. Misi, karenanya harus mendarat lebih dahulu dalam hati semua orang yang bekerja dalam organisasi itu. Jadi apabila dikatakan bahwa salah satu misi dalam lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas, maka seharusnya semua orang yang terlibat dalam proses itu memahami sungguh-sungguh apa yang dimaksud dengan meningkatkan kualitas itu dan senantiasa berusaha menuju ke sana, sementara manajemen puncak harus pula komit untuk mempertahankan tekad itu.
Terkait dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa dilakukan jikalau terjadi perubahan penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus dikejar, ada ancaman, atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi perubahan apabila manajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun tanpa ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait masih menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak bisa berubah.

B.  Strategi
       1.  Definisi Strategi
Manusia khususnya, mampu berkompetisi lebih cepat penuh dengan variasi dibanding dengan makhluk lainnya, karena manusia pada dasarnya mempu mengkombinasikan berbagai elemen kehidupan seperti intelegensia, imajinasi, kemampuan mengakumulasi sumber daya, serta mengkoordinasikan perilaku untuk dapat melaksanakan peperangan (Henderson:1991). Dengan demikian manusia dapat mempertahankan kelanjutan hidupnya dri generasi ke generasi dan bahkan dapat mengendalikan makhluk lainnya. naluri kompetitif dari manusia akhirnya dibawa masuk ke dalam organisasi tempat mereka berada. di sinilah akar dari strategi mulai kelihatan.
Istilah strategy berasl dari kata Yunani stretegos, atau strategus dengan kata jamak strategi. strategos berart jendral tetpi dalam Yunani Kuno sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsinya yang luas. Dalam artian yang sempit, menurut Matloff (1967), strategy berarti the art of the general (seni jendral). memang, dalam zaman Yunani Kuno jenderal dianggap bertanggung jawab dalam suatu peperangan, kalah atau menang.
Seiring berjalannya waktu, strategi didefinisikan dengan berbagai arti, menurut James Brian Quin stretegi adalah: The pattern or plan that integrates an organization’s major goals, policies, and action squences into a cohesive whole. McNichols mendefinisikan strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melaui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Sedangkan dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Terkait dengan strategi, dalam manajemen strategis terdapat tiga tahap yang signifikan dalam upaya mencapai tujuan, yaitu:[3]
1)   Formulasi strategi, termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2)   Implementasi strategi, mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah doformulasikan dapat dijalankan. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan.
3)    Evaluasi strategi, adalah tahap final dalam manajemen strategis.Tiga  aktivitas dasar evaluasi adalah: meninjau ulang factor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tinadakan korektif.

Ketiga aktivitas ini terjadi di 3 hierarki dalam perusahaan besar: korporat, divisional, atau unit bisnis strategis dan fungsional.

       2.  Tingkat-Tingkat Strategi[4]
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi, yaitu:
1)      Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respon masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2)      Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.
3)      Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.
4)      Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu:
Ø  Strategi functional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.
Ø  Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan integrating.
Ø  Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah.

Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi.

  3.  Tipe-Tipe Strategi[5]
          Tipe-tipe strategi pada dasarnya sama dengan tingkat-tingkat strategi, hanya perbedaan istilah penggunaannya saja. Menurut Koteen (1991), terdapat tipe-tipe strategi, yaitu:
a.       Corporate strategy (strategi organisasi)
strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategik  yang baru. pembatasan-pembatasan dilakukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b.      Program strategy (strategi program)
strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategik dari suatu program tertentu.
c.       Resource support strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
d.      Institusioanal strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi institusonal ialah  mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.
Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. implementasi stargtegi dalam manajeman sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelengggaraan program sekolah. betapa pun hebatnya suatu strategi bila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.
Setiap lembaga pendidikan (dalam hal ini sekolah) memiliki rencana strategis yang menghubungkan antara situasi sekolah tahun ini dengan situasi sekolah lima tahun ke depan dengan memperhatikan aspek-aspek pemerataan mutu, efisiensi, relevansi, dan tata kelola. dengan demikian seluruh tindakan atau program yang direncanakan dapat terstruktur dan terevaluasi dengan baik.

C.  Visi
Langkah penting dalam proses perencanaan strategis adalah mengembangkan deskripsi yang jelas dan ringkas tentang organisasi atau komunitas harus seperti apa ketika berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya. Deskripsi ini harus menjadi visi keberhasilan organisasi. biasanya, visi keberhasilan ini lebih penting sebagai panduan untuk mengimplementasikan strategi dan bukan memformulasikannya.
Sementara sedikit sekali organisasi publik dan nirlaba yang mempunyai pernyataan misi yang jelas dan berguna. sebagian alasannya adalah bahwa visi itu mencakup misi. Misi menguraikan tujuan organisasi, sedangkan visi dapat dipakai untuk menggambarkan bagaimana organisasi harus terlihat ketika organisasi bekerja baik (Lonnie, Helgeson, komunikasi Pribadi, 1986).
Visi adalah kondisi masa depan yang masih abstrak, tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang (Salusu, 1996:130). Ini berarti visi merupakan suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu atau keadaan yang diciptakan yang belum ada sebelumnya dan akan diwujudkan oleh seluruh anggota organisasi. Visi memberikan gambaran kondisi yang akan dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang, selanjutnya Bryson (1995:65) mengemukakan bahwa sesungguhnya visi memberikan kerangka dasar tentang gambaran organisasi di masa mendatang.
Visi menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Penetapan visi harus melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi. Semua organisasi, termasuk organisasi sekolah mempunyai visi. Visi adalah agenda tujuan sebagai prestasi yang harus dicapai dalam aktivitas sekolah. Sejalan dengan ituBeach (19930 mengemukakan proses merumuskan visi dimulai dengan ide-ide kreatif atau dengan menciptakan ide-ide baru dengan menggali tuntutan lingkungannya. Apabila visi telah dirumuskan dengan baik dan sempurna, selanjutnya dirumuskan statemen misi dan statemen misi dijadikan acuan menyusun rencana dan program sekolah. Qigley (1993:26) mengemukakan visi adalah aspirasi yang akan dijadikan elemen fundamental dalam pandangan organisasi dengan alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah. Visi terbentuk dengan kecerdasan penghayatan nilai-nilai, pengetahuan dan pengalaman, kemampuan khusus yang konseptual, pemecahan maslah serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan unggulan.
Bertitik tolak pada pandangan tersebut, visi sekolah haruslah konsisten dengan nilai dan daya-daya perilaku sekolah yang menjadi ciri khas sekolah, stabil, berubah ke arah yang lebih baik, dan selalu menjadi subjek evaluasi atas dasar kecerdasan penghayatan nilai-nilai moral, akademis, ilmiah, dan sistematis dalam memecahkan berbagai problematika sekolah. Dengan kata lain visi merupakan endapan dari suatu sistem nilai dan kaidah yang diberlakukan.[6]
Dalam sebuah lembaga organisasi, visi merupakan sarana untuk :
a)    Mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok
b)   Memperhatikan frame work hubungan antara organisasi dengan stekholders (Sumber daya manusia, konsumen, dan pihak lain yang terkait)
c)    Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan
Untuk mampu menjadi gambaran yang ingin diwujudkan suatu organisasi, pernyataan visi perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema yang mempersatukan semua unit dan organisasi, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta sebagai sumber kreativitas dan inovasi organisasi. Oleh sebab itu, dalam perumusan dasar-dasar visi keberhasilan sebaiknya:
1.      Mengingat bahwa dalam banyak kasus, visi keberhasilan tidak diperlukan untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Akan tetapi mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk menghadapi isu strategis dapat merupakan hal yang dapat menghasilkan perbaikan kinerja sebagian besar organisasi.
2.      Sebelum visi keberhasilan muncul, organisasi perlu merumuskan beberapa lingkaran atau langkah-langkah perencanaan strategis sebelumnya.
3.      Visi keberhasilan harus meliputi item-item hasil yang diinginkan. Organisasi harus berpikir mengenai versi dari visi sukses yang dipublikasikan dalam rencana strategis menjadi suatu hal yang nyata.
4.      Visi keberhasilan harus sebanyak mungkin timbul dari keputusan dan tindakan yang lalu. keputusan dan tindakan masa lampau seringkali menjadi catatan konsensus tentang bagaimana organisasi itu dan harus mengerjakan apa. mendasarkan suatu visi pada konsensus yang telah ada sebelumnya menghindarkan konflik yang tidak perlu. realisasi masa depan baru akan lebih mudah jika masa depan itu adalah kelanjutan dari masa lampau dan masa sekarang (Weick, 1979).
5.      Suatu visi keberhasilan harus menjadi sesuatu yang inspirasional. Apa yang mengilhami orang adalah deskripsi yang jelas mengenai masa depan yang diinginkan dengan didukung oleh keyakinan yang nyata. Visi yang inspirasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       memfokuskan kepada masa depan yang lebih baik
b.      mendorong harapan dan impian
c.       dibangun berdasarkan penafsiran kembali sejarah dan budaya untuk menarik cita-cita dan nilai-nilai umum dari organisasi
d.      menjelaskan arah dan tujuan organisasi
e.       menyatakan hasil-hasil yang positif
f.       menekankan keunikan dan kekhasan kompetensi organisasi
g.      menekankan kekuatan kelompok yang bersatu
h.      menggunakan gambar, imaji, dan metafora kata
i.        mengkomunikasikan antusiasme dan kegembiraan yang menyala-nyala serta memupuk komitmen dan dedikasi.
6.      Visi keberhasilan yang efektif adalah yang mewujudkan tingkat ketegangan yang tepat untuk mendorong perubahan organisasi yang efektif.
7.      Satu cara yang berguna untuk mulai mengkonstruksikan visi keberhasilan adalah mempunyai anggota tim perencanaan strategis sebagai individu yang mempersiapkan rancangan visi, kemudian saling mengungkapkan dan mendiskusikan respon mereka.
8.      Suatu proses normatif harus digunakan untuk mengulas visi keberhasilan. biasanya rancangan diulas oleh anggota tim perencanaan, para pembuat keputusan lainnya, anggota dewan yang berkuasa, dan para stekeholder luar yang terpilih.
9.      Konsensus atau pernyataan visi di kalangan para pembuat keputusan kunci sangat diperlukan, tetapi tidak diperlukan secara mutlak.
10.  Karena visi keberhasilan membantu memandu keputusan dan tindakan organisasi, maka visi keberhasilan harus disebarkan dan dibahas secara luas.

D.  Implementasi Formulasi Visi, Misi, dan Strategi Dalam Perencanaan Strategik Bidang Pendidikan
Visi merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran sekolah secara formal. Dan misi adalah alasan keberadaan suatu lembaga. Untuk mewujudkan visi, maka dibutuhkan misi. Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Implementasi startegi dalam manajeman sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelengggaraan program sekolah. Betapa pun hebatnya suatu visi, misi, dan strategi bila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.
Karena itu, kemampuan kepala sekolah dan personel sekolah lainnya mengimplementasikan suatu strategi dalam manajemen sekolah merupakan hal  yang sangat penting dalam kaitannya dengan skill kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dan guru sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap kemempuan belajar peserta didik. Kenyataannya implementasi strategi khususnya di sekolah tidak mudah dilakukan. umumnya sekolah terjebak pada kegiatan yang bersifat rutin yaitu guru masuk kelas memberikan pelajaran pendekatannya sama seperti sebelumnya, melaksanakan ujian, memberikan nilai dan hasil ujian dan akhirnya peserta didik lulus dengan kualitas seadanya.
Tiga elemen manajemen strategik, yaitu analisis strategi, formulasi strategi, dan implementasi strategi, yang paling sulit untuk dilakukan adalah implementasi strategi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miller (1996:329) “it has been rather easy for us ti decide where we wanted to go. The hard part is to get the organization to act on the new priorities.” Strategi akan cukup mudah bagi kita untuk menentukan kemana kita mencari bagian tersulit mendapatkan organisasi pada tindakan prioritas yang baru. Proses implementasi strategi manajemen sekolah meliputi keseluruhan kegiatan manajerial yang mencakup keadaan seperti motivasi, kompensasi, penghargaan manajemen, dan proses pengawasan.[7]

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:
a)    Langkah awal dari strategy formulation sebagai tahapan dalam perencanaan strategis menurut Bryson adalah penetapan misi, strategi, dan visi
b)   Misi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan atau dengan kata lain, misi adalah guidelines dari visi organisasi.
c)    Strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melaui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan
d)   Visi merupakan kerangka tentang gambaran organisasi di masa mendatang yang penetapannya didasarkan pada kemampuan dan keadaan internal organisasi.
e)    Manajemen strategik memiliki tiga elemen dasar, yaitu analisis strategi, formulasi strategi, dan implementasi strategi. Dan yang paling sulit untuk dilakukan adalah implementasi strategi. Implementasi startegi dalam manajeman sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan strategik ke dalam aksi yaitu penyelengggaraan program sekolah

B.  Saran dan Implikasi
Tidak sedikit organisasi yang kehilangan jati diri, stagnan dan hancur di tengah jalan. Hal ini terjadi karena tidak memiliki ketegasan orientasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang hendak dicapai. oleh sebab itu, misi, strategi, dan visi merupakan sesuatu yang signifikan dalam sebuah organisasi.
Visi berfungsi sebagai mata, cara melihat dan menjadi paradigma manajemen organisasi, sumber motivasi dan strategi (motivering and strategic vision) kemudian diinterpretasi dalam sebuah kerangka aplikasi rill kinerja. Visi Misi dalam organisasi menjadi kerangka konsep yang mempertautkan berbagai kepentingan yang beragam. Visi Misi merupakan landasan pemersatu dan alat yang dapat menyamakan arah gerak organisasi sesuai ideologi, asas, dan tujuan yang akan dicapai sesuai plat form-nya. Visi Misi dalam organisasi juga merupakan dokumen serta panduan resmi yang wajib ditaati oleh segenap pelaku organisasi dan strategi merupakan pendukung pengimplementasiannya. organisasi yang ingin maju adalah organisasi yang siap dengan perencanaan strategik dan visi sukses kemajuan organisasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Bryson, John M., Strategic Planning For Public and Nonprofit Organization, San Francisco: Jossey-bass, 1998.

            David, Fred R., Strategi Management, Pearson Education,2009

H         Hunger, David & Thomas L. Wheelen, Management Strategic, 2009

Sagala, Sayful, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007.

Salusu, J. Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996.





[1] Syaiful Sagala, ibid, hal., 135.

[2] Prof. Dr. J. Salusu, M.A. Pengambilan Keputusan Stratejik, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), hal., 121-122.
[4] Salusu, ibid, hal,. 101-104.
[5] Salusu, ibid, hal., 105.
[6] Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007) , hal., 134-135.
[7] Syaiful Sagala, hal,. 139.